[Book Antology] Perempuan-Perempuan Tangguh pada Zamannya


Mungkin terdengar klisye. Namun perempuan-perempuan inspiratif bagi saya adalah Nenek dan Mama saya. Dua perempuan tangguh pada zamannya. Apa yang membuat saya begitu terinspirasi oleh mereka? Dari almarhumah Nenek, saya meneladani jiwa besar dan kemandirian beliau. Dari Mama, saya meneladani dedikasinya kepada keluarga. 

Nenek saya lahir dan besar di Maninjau, Sumatera Barat. Merantau ke Bandung, Nenek melahirkan Mama saya yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Semasa usia produktifnya, Nenek berprofesi sebagai guru di perguruan Muhammadiyah. Sibuk mengajar dan mengasuh keempat anaknya tidak membuat beliau kehabisan waktu. Dengan jiwa besarnya, beliau tidak segan-segan menampung kemenakan-kemenakannya yang juga perantauan. Mama pernah bercerita terhitung ada belasan jiwa yang tinggal di rumah mereka saat itu. Untuk memberi makan para penghuninya dengan penghasilan guru, Nenek tidak kehabisan akal. Campuran telur dan tepung sudah cukup menghasilkan telur dadar yang dapat dinikmati seluruh penghuni rumah. Jangan lupa tepung. Yang banyak. 
 
Bagi Nenek, kemandirian, baik secara fisik maupun finansial, merupakan sesuatu yang harus dimiliki perempuan. Tidak heran, pernah beliau demikian perkasa tiba-tiba datang sendirian mengunjungi kami di Jakarta padahal usianya sudah cukup lanjut. Waktu itu mama saya sedang menderita penyakit yang cukup mengkhawatirkan. Walaupun Mama tidak mengabarkan kondisi kesehatannya, namun Nenek merasakan dorongan yang kuat untuk datang berkunjung. 
 
Nenek dalam ingatan masa kecil saya adalah sosok pendiam namun tegas. Justru Nambo yang sering bercanda dengan cucu-cucunya. Menginjak remaja, saya teringat nasihat beliau kepada sepupu perempuan saya yang akan menikah untuk tetap menyelesaikan pendidikannya. Menurut beliau, sebagai perempuan bukan alasan untuk tidak memperoleh pendidikan tinggi. Justru pendidikan menjadi sarana bagi perempuan untuk mandiri. Sayang, beliau sudah tiada ketika saya menikah. Betapa saya mendambakan memperoleh nasihat beliau menjelang pernikahan saya, sebagaimana diperoleh sepupu saya itu.

Mama, seperti buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sebagaimana Nenek, Mama juga memiliki kemandirian finansial. Sempat menyelesaikan pendidikan hingga program sarjana muda, Mama memang tidak melanjutkan pendidikan lebih tinggi atau bekerja di perusahaan dengan ilmu yang dimilikinya. Namun berbekal kecerdasan beliau, Mama memberikan bimbingan belajar bagi siswa SD dan SMP khusus mata pelajaran Matematika dan Fisika. Semua itu dilakukan Mama di rumah tanpa meninggalkan kami, anak-anaknya. Pernah Mama berkata pada saya bahwa alasan beliau bekerja adalah supaya memiliki penghasilan sendiri, sehingga tidak perlu malu meminta kepada Papa bila ingin memberi sedikit bekal untuk Umi – panggilan Mama kepada Nenek.
 
Mama sangat berdedikasi kepada keluarganya. Hal-hal sederhana yang beliau lakukan untuk keluarganya dalam kehidupan sehari-hari merupakan teladan bagi saya. Salah satu nasehat beliau kepada saya adalah, sesibuk-sibuknya saya bekerja, di rumah saya tetap berkewajiban melayani suami. Kebiasaan-kebiasaan seperti menghidangkan minuman kesukaannya, menyiapkan dan menemani suami makan, tidak boleh diwakilkan dan harus selalu dilakukan. Hal-hal yang tampaknya sepele seperti itu yang justru akan mempererat kasih sayang hubungan kami sebagai suami istri. 

Kini Mama saya telah menjadi seorang Nenek bagi kedua putri saya. Andaikan sempat bertemu Nenek buyutnya, saya harap mereka dapat meneladani jiwa besar, kemandirian, dan semangatnya. Tapi masih ada Nenek yang mereka kenal baik saat ini. Nenek yang kasih sayang dan dedikasinya kepada keluarga telah menjadi teladan saya, anaknya.

*Ini tulisan kontribusi saya pada kompetisi menulis FTS yang diadakan oleh Penerbit Meta Kata. Saya dapat juara II di proyek ini. Pulsa yang cukup untuk memperpanjang langganan internet bulanan saya sebagai hadiahnya. O ya, dan nama saya tercantum juga di sampul bukunya. Alhamdulillah.   

First published 4/8/2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar