Tiga Hal Yang Harus Dilakukan Orang Tua Agar Anak Cerdas Finansial


Market Day Fathia pada level III
Sampai sekarang saya masih teringat hari itu. Hari ketika Fathia, anak sulung saya, minta uang pada suatu malam. “Untuk apa?, tanya saya heran. Dia selalu membawa bekal makan. Perasaan saya tidak nyaman ketika tiba-tiba dia meminta uang. “Kan ada di buku komunikasi, Ma. Besok ada market day. Kata Bu Guru bawa uang untuk belanja”, demikian jawabnya. Ah untuk keberapa kalinya saya lupa membaca buku komunikasinya. Dengan berat saya memberikannya Rp5.000,- sambil mengingatkan dia jangan beli macam-macam barang yang tidak dibutuhkan. Saat itu dia masih duduk di kelas 1 SD.

Keesokan harinya sepulang dari kantor saya tidak sabar melihat apa saja hasil belanjaannya. “Beli apa tadi, Kak?” tanya saya. Dia hanya diam. Bapak saya yang menyahut, “Itu tadi dibelikan makanan katanya. Tapi dia cuma makan satu, sisanya diminta teman-temannya. Padahal tadi sama neneknya dikasih lagi Rp10.000,-. Uangnya habis.” Saya hanya bengong. Perasaan saya campur aduk, bingung apakah harus bangga karena anak saya suka berbagi, kesal karena dia mudah sekali dikerjain teman-temannya, atau merasa bersalah karena memang saya tidak pernah mengenalkan nilai uang kepadanya. 

Selama ini saya merasa cukup puas karena dia penurut tidak pernah minta uang untuk jajan. Padahal mengenalkannya pada uang merupakan langkah awal pendidikan finansial, keterampilan yang dibutuhkan sebagai bekal hidupnya ketika dewasa. Dari berbagai referensi, saya sampai pada kesimpulan bahwa ada tiga hal yang kita, orang tua, dapat dan perlu lakukan untuk membimbing anak agar cerdas finansial. 

1.       Mengenalkan Nilai Uang.  
Sebagai langkah awal, kita dapat menunjukkan kepadanya koin dan lembaran uang kertas. Berikan pemahaman kepadanya bahwa uang yang berbeda bentuk maupun warnanya, memiliki nilai yang berbeda. Nilai yang berbeda itu menentukan jenis dan jumlah barang yang dapat kita beli. Selanjutnya, dengan membawa anak belanja bulanan ke supermarket dan membiarkannya melihat proses pembayaran di kasir, kita sudah memperkenalkan kepadanya konsep uang sebagai alat pertukaran dan pengukur nilai. Segala barang yang kita butuhkan di supermarket memiliki nilai atau harga yang diukur dengan uang. Harga yang harus dibayar untuk membeli 1 kotak susu dengan satu kardus susu berbeda. Makin banyak barang yang kita beli, makin banyak uang yang harus kita keluarkan untuk membayarnya. Di kasir setelah melakukan pembayaran, anak akan melihat bahwa kita dapat membawa pulang barang-barang di keranjang belanjaan setelah kita menyerahkan uang kepada petugas.

2.       Money is Earned.
Anak juga perlu diberi pemahaman bahwa uang tidak sekedar berasal dari tas Mama atau dompet Papa. Uang yang ada di tas maupun dompet untuk membayar belanjaan di supermarket itu tidak serta merta ada di sana, dan tentu saja suatu saat dapat habis. Kita harus bekerja dan berusaha  untuk memperoleh uang. Papa berangkat ke kantor, Mama sedang konsentrasi menyelesaikan naskah bukunya, itu merupakan wujud kerja dan usaha yang orang tua lakukan untuk memperoleh uang. Dorong anak mengeluarkan ide-idenya apa yang dapat dia lakukan untuk mendapatkan uang tanpa cara meminta. Bisa dengan berjualan pernak-pernik buatannya untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaannya. Atau untuk anak yang lebih kecil, tawarkan padanya untuk menyapu dan merapikan halaman dengan imbalan upah. Dengan demikian dia belajar bahwa uang diperoleh dengan bekerja. Namun kita perlu berhati-hati. Jangan sampai terjebak hingga tertanam di benaknya bahwa segala tugas rumah yang dilakukan anak harus diganjar upah. Oleh karena itu penting untuk menyepakati apa saja tugas anak di rumah. Misalnya dia bertanggung jawab atas kebersihan kamarnya. Maka dia wajib melakukan tugas membersihkan kamar tanpa iming-iming imbalan. 

3.       Membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Anak sudah berkenalan dengan uang dan nilai barang. Ia juga makin lihai melihat peluang untuk mendapatkan uang tambahan. Selanjutnya ia perlu diberi pemahaman bagaimana membedakan antara yang sekedar keinginan dan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan. Bila keinginan itu erat kaitannya dengan nafsu, maka kebutuhan merupakan barang-barang yang penting untuk dimiliki. Biasanya berhubungan dengan kelangsungan hidup kita. Hal ini dapat dilatih dalam berbagai kesempatan. Misalnya, ketika pergi ke toko buku untuk membeli buku-buku pelajaran yang dibutuhkan di sekolah, tiba-tiba anak tertarik untuk membeli komik keluaran terbaru. Berikan pengertian padanya bahwa uang yang dimiliki hanya cukup untuk membeli buku pelajaran. Bila membeli komik, maka buku pelajaran yang dibutuhkan tidak dapat dibeli. Bila tidak membeli buku itu maka tidak akan dapat mengerjakan tugas yang diberikan Guru. Ajak dia untuk memikirkan konsekuensinya bila tidak membeli buku pelajaran itu. Giring pemikirannya untuk menilai, antara komik dan buku pelajaran, mana yang merupakan keinginan dan mana yang merupakan kebutuhan.

Tidak dipungkiri peran orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan dasar pada anak. Sun Life memahami kebutuhan itu dengan menyediakan berbagai produk yang dibutuhkan orang tua dalam menyediakan dana pendidikan bagi anak-anaknya seperti Scholar in Safe, Edu Care, dan Junior Study Plan. Tidak ketinggalan Sun Life juga memberikan perhatian khusus pada pendidikan finansial melalui program Corporate Social Responsibility-nya yang dinamakan Sun Bright. Menyadari bahwa SDM yang berkualitas sangat diperlukan, Sun Bright ikut ambil bagian dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak. 

Sun Bright pernah terlibat dalam program CARE for the Nation mengadakan kegiatan yang diperuntukkan bagi pelajar tingkat menengah. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka meningkatkan keterampilan dan pengetahuan finansial mereka. Programnya meliputi pelaksanaan pelatihan keterampilan untuk menginspirasi generasi muda membangun bisnis mereka sejak usia dini. Kegiatan wirausaha sebagai tonggak kemandirian bangsa membutuhkan banyak lagi generasi muda yang cerdas secara finansial. Dan itu semua, dapat diperkenalkan sejak usia dini. 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Sun Anugerah Caraka Kompetisi Menulis Blog 2014.
 
Referensi: 
moneyasyougrow.org
 
First published 9/10/2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar