[Book Review] What is Your ONE Thing?

Pernah gak merasa sudah melakukan semuanya namun apa yang ingin kita capai terasa masih jauh bahkan tampaknya segala yang telah kita upayakan tidak juga mendekatkan diri pada keberhasilan? Apa yang salah? Saya telah melakukan semuanya, semuanya!

Ternyata melakukan semuanya tidak berarti, jika kita tidak fokus mendedikasikan waktu dan masih menyibukkan diri dengan hal-hal lain yang sebenarnya tidak berkontribusi langsung pada pencapaian tujuan. "Menyibukkan diri", ya saya pakai kalimat aktif di sini, yang artinya, waktu kita, di bawah kontrol kita. Got it?

"What's the ONE Thing I can do such by doing it everything else will be easier or unnecessary?"

Salah satu rutinitas saya dalam bepergian adalah mampir ke toko buku seperti pernah saya ceritakan di sini. Seperti buku ini, salah satu temuan saya ketika kembali menjalani sesi di City of RRDonnelley bersama para lawyers dan bankers berwajah serius itu pada bulan Agustus 2014. The ONE Thing, The Surprisingly Simple Truth Behind Extraordinary Result karya Gary Keller dan Jay Papasan menyandang The New York Times Best Seller dan Wall Street Journal Bestseller pada halaman mukanya. Siapa tidak kepincut.


Jika kita telah menemukan yang satu itu, entah minat, tujuan, yang membuat bahagia, yang membuat rela mengorbankan apa pun untuk mencapainya, maka fokuslah pada yang satu itu, that ONE Thing. "When everything feels urgent and important, everything seems equal. We become active and busy, but this doesn't actually move us any closer to success. Activity is often unrelated to productivity and busyness rarely takes care of business." (pg.33).

Buku ini tidak menyarankan multitasking. "Multitasking is merely the opportunity to screw up more than one thing at a same time (Steve Uzzel)" (pg. 44). Afterall, "Success is about doing the right thing, not about doing everything right." (pg.55).  

Buku ini mendorong kita untuk fokus pada tujuan kita sesungguhnya. Fokus pada apa yang ingin kita capai dalam hidup dengan tidak membiarkan hal-hal di luar fokus itu mengganggu. Caranya, dedikasikan waktu, delegasikan pekerjaan. Itu yang saya coba lakukan setahun terakhir ini namun tidak mudah bagi buruh seperti saya mendedikasikan waktu produktif saya untuk tujuan personal saya.

Ada 3 formula yang ditawarkan oleh buku ini untuk mencapai extraordinary results:

1. Live WITH Purpose. Dengan manisnya buku ini mengutip kata-kata George Bernard Shaw pada halaman sub babnya, "Live isn't about finding yourself. Life is about creating yourself" (pg. 135). Our Purpose determines who we are. Mungkin sederhananya gini, kerja di kantor, harus punya bigger purpose daripada sekedar mengerjakan tugas yang diberikan. Saat itulah kita merasa hidup kita berarti.  

2. Live BY Priority. "Live with Purpose and you know where you want to go. Live by Priority and you'll know what to do to get there" (pg. 147). This's when you start learning how to think BIG by having a bigger Purpose, but go small, by focusing to the MOST important thing based on your Priority.

3. Live FOR Productivity. "Productivity isn't about being a workhorse, keeping busy or burning the midnight oil... It's more about priorities, planning, and fiercely protecting your time" by Margarita Tartakovsky (pg. 156). Fiercely protecting your time. Ah, sekali lagi. Waktu kita, manajemen kita, di bawah kendali kita.   

Ternyata temuan saya kali ini benar-benar a real deal. Selama setahun terakhir banyak kutipan yang saya ambil dari buku ini sebagai pembelajaran bagi diri. Pada buku ini juga banyak coretan yang setelah saya lihat sekarang merupakan bagian dari proses berpikir dan pencarian saya, walaupun ada juga coretan yang merupakan ungkapan jeritan  hati, uhm.

Gary Keller, seorang real estate salesperson. Profesionally, his ONE Thing is teaching. Jay Papasan, seorang editor penerbitan ternama, his ONE Thing is, writing. Dian Handayani, seorang buruh profesional di sudut kota Jakarta. Her ONE Thing is... :)        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar