Being Creative by Fun

Sedikit merangkum yang saya peroleh dari diklat penugasan kantor seperti pernah saya singgung sedikit di sini. Topiknya mengenai kreativitas dan inovasi. Bagi pegawai negeri dengan rutinitas pekerjaan seperti kami, diklat ini diharapkan dapat meningkatkan soft skill kami. Bagaimana mengelola diri agar senantiasa berpikir kreatif dan menghasilkan karya yang inovatif. Materi disampaikan oleh widyaiswara yang diselingi games untuk melatih keseimbangan otak kanan dan otak kiri, menonton video yang memberikan pencerahan, serta self assessment untuk menganalisa potensi diri. Ada sesi talk show yang mendatangkan pembicara dari luar yang dikombinasikan dengan pembicara dari kalangan birokrat. Jangan bayangkan suasana membosankan kaku penuh birokrasi. Saya mendapati diri saya tenggelam dalam suasana keakraban penuh canda serta pengalaman inspiratif, tidak semata untuk pekerjaan kantor, namun lebih kepada pengembangan pribadi.

What.
Apa itu kreativitas? Menurut kamus, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Kreativitas dapat berupa ide baru, atau menggabungkan beberapa ide lama, bahkan dapat pula dengan menempatkan perspektif baru pada ide lama.
Lalu, apa itu inovasi? Inovasi merupakan ide kreatif yang sudah diimplementasikan dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.

Why. Kenapa kita harus kreatif? Ide kreatif menuntut kerja otak. Dari sisi religius, proses kreatif tidak ubahnya cara kita mensyukuri nikmat Alloh yang telah memberi karunia kepada manusia berupa otak untuk berpikir. Lebah yang memiliki sekitar 7 ribu sel otak saja mampu bekerja mengoptimalkan kemampuannya. Kita manusia memiliki 1 triliun sel dalam otak kita! Bila tidak kita daya gunakan otak kita untuk berpikir, sama saja dengan menyia-nyiakan karunia Alloh.
Sedangkan dari sisi duniawi, kreativitas itu ibarat landmark kemajuan umat manusia. Menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada merupakan pencapaian tersendiri bagi umat manusia. Proses kreatif itu terus akan berkembang hingga mencapai level otomasi. Bila sudah dapat berjalan secara otomatis, di situ proses kreatif berhenti dan manusia akan mencari lagi kreativitas lainnya. Ibarat manusia menemukan api. Sudah ketemu caranya, selanjutnya berpikir bagaimana agar api itu dapat dibawa kemana-mana untuk penerangan. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana agar penerangan itu mudah dihidupkan dan mudah pula dimatikan sesuai kebutuhan. Selanjutnya bagaimana menggunakan sumber daya ramah lingkungan untuk menciptakan penerangan. Terus demikian, proses itu akan terus bergulir.

How. Bagaimana cara kerjanya? Proses kreatif sifatnya subyektif. Egois. Itulah mengapa kita kerap mendapati seniman maupun ilmuwan pencipta mengurung diri sedemikian rupa. Inkubasi dan meditasi tersebut merupakan proses kreatif yang harus mereka jalankan untuk memperoleh ide-ide segar.

Kreativitas bukan merupakan bakat, melainkan keahlian yang dapat kita latih. Manusia memiliki level kreativitas tertentu pada dirinya. Buktinya, kalau kita sedang kepepet, mendadak menjadi sangat kreatif. Belakangan kita menjadi takjub dengan pencapaian yang diperoleh hasil dari kondisi kepepet itu. Tidak sempurna, namun setidaknya selamat. Ini yang disebut being creative under the gun. Selaiknya keahlian yang dapat terus dilatih, kreativitas pun dapat terus diasah. Maka biasakan being creative by fun, sehingga kita akan lebih mudah to be creative under the gun.

Untuk menjadi kreatif juga kita harus memperhatikan nutrisi otak. Selain mengkonsumsi makanan berprotein tinggi, asupan ke otak dalam bentuk tayangan media juga harus diperhatikan. Katakan tidak pada media lebay merupakan salah satu resep untuk menjadi kreatif. Media-media seperti infotainment serta berita politik lebay bukan merupakan nutrisi yang baik bagi otak kita. Karena media tersebut memicu emosi yang mempengaruhi produktivitas kita.

Kita manusia sadar memiliki sumber daya terbatas. Oleh karena itu manajemen energi sangat dibutuhkan, bukan manajemen waktu. Tubuh kita, energi kita, itu merupakan hal yang kita punya kuasa untuk mengelolanya. Kapan kita perlu istirahat, kapan kita perlu tidur, kapan kita perlu makan, itu semua kita yang menentukan. Sedangkan waktu, sudah ditetapkan oleh Alloh, durasinya tetap, tidak pernah berubah, sedetik pun.

Dengan sumber daya terbatas, ingatan kita pun terbatas. Oleh karena itu untuk menjadi kreatif, biasakan senantiasa mencatat ide-ide kita, supaya tidak terlupa. Mencatat dengan tulisan tangan sangat dianjurkan untuk mengembangkan kreativitas itu sendiri. Dengan menggunakan panca indera kita secara langsung, akan merangsang pertumbuhan sel-sel baru dalam tubuh, konon katanya.

Demikian beberapa cara untuk menjadi kreatif. Lalu bagaimana supaya menjadi inovatif? Bila proses kreatif itu subyektif, maka proses inovasi itu sifatnya keroyokan. Bila dalam proses kreatif kesederhanaan diutamakan, maka bila memasukti tahap inovasi, dibutuhkan kesempurnaan. Karena sasarannya menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, itulah mengapa dibutuhkan berbagai disiplin ilmu dalam tahap inovasi.

Lalu, benarkan ada manfaatnya kami pegawai negeri memiliki keahlian ini? Di akhir sesi masing-masing kami diminta menuliskan ide kreatif dan inovasi apa yang ingin kami terapkan di kerja masing-masing. Rasanya sulit dan terlalu banyak alasan yang menghalangi kita menjadi kreatif di tempat kerja. Alasan-alasan seperti: ah keenakan atasan saya dia juga masa bodoh, ah ngapain repot penghasilan sama kok, ah seperti ini aja negara juga jalan, dan seterusnya, sangat lazim didengar. Namun seperti Pak Ikhwan Sopa, narasumber pada sesi talk show mengingatkan, “Bagaimana menciptakan perubahan, yaitu menjadi perubahan itu sendiri.” Jadi, semua itu kembali lagi pada diri kita sendiri. Mau jadi manusia macam apa diri ini? Untuk itu, saya pikir saya tau jawabannya. Saya ingin jadi manusia yang senantiasa bersyukur. Bersyukur atas nikmat yang telah Alloh berikan. Yaitu berupa otak untuk berpikir.

Gambar diambil dari sini.

First published 1/10/2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar