Pelajaran dari Kata Sakti

Salah satu buku yang kerap Aqeela minta bacakan pada malam hari sebelum tidur adalah karya Bambang Trim seri Akhlak Gaul Anak Muslim. Rasanya saya memiliki seri lengkapnya, dari Katakan Ya, Tidak, Terima Kasih, dan Tolong, serta kalimat Thayyibah. Seri Akhlak Gaul Anak Muslim ini mengusung misi mulia untuk membiasakan anak mengucapkan kata sakti, “Tolong” dan “Terima Kasih”, serta berani mengatakan “Ya” atau “Tidak” pada waktu dan tempatnya. Serial ini memang ditujukan untuk anak-anak. Namun saya mendapat banyak pelajaran dari sini.

Berani.
Sebagai pribadi, dalam kehidupan sosial, sudahkah kita memiliki keberanian yang cukup untuk menunjukkan pendirian kita? Saya pikir dalam perjalanan hidup ini, hampir kita semua pernah mengalami perasaan terjebak dalam suatu keadaan, hanya karena kita tidak berani. Tidak berani menolak dan berkata “Tidak”. Atau bahkan merasa menyesal karena tidak berani. Tidak berani menerima dan berkata “Ya”.

Hanya butuh keberanian. Pengalaman saya memang hanya seumur jagung dibandingkan para senior di tempat saya bekerja. Namun saya memetik hikmah, bahwa penting untuk memiliki keberanian mengemukakan pendapat sendiri. Kita boleh masuk sebagai newbie yang baru mulai belajar tentang segala sesuatu di tempat kerja kita yang baru. Pada awalnya mungkin orang mungkin akan menertawakan kita. Namun justru itu memacu diri untuk terus belajar. Belajar meramu berbagai informasi dan pengetahuan yang dimiliki sehingga menjadi bermakna. Bahkan mengutarakan pendapat itu sendiri merupakan proses belajar yang butuh keberanian. Yaitu di mana semua mata tertuju pada kita dan menanti apa yang akan kita sampaikan. Bagi seorang introvert seperti saya, hal ini merupakan tantangan tersendiri.

Santun.
Dari kata “Tolong” dan “Terima Kasih” saya belajar sopan santun. Orang mana yang tidak merasa lumer hatinya mendengar kata “tolong” dibandingkan perintah langsung, apalagi bila disampaikan dengan nada tinggi. Orang mana juga yang tidak senang memperoleh ucapan “terima kasih” dibandingkan diam seribu bahasa dan pergi berlalu begitu saja.

Bahkan ada satu kata lagi yang saya pelajari sewaktu sekolah di Australi dulu, yaitu “Excuse Me”. Kata terakhir ini cukup sakti untuk membuat petugas yang sibuk menghentikan sejenak kegiatannya dan menolehkan kepalanya ke arah kita. Ucapan “Excuse Me” ini saya perhatikan juga selalu digunakan oleh para mahasiswa sana yang akan mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan di kelas. Saya belajar banyak dari kebiasaan menggunakan kata ini. Setidaknya saya yang bertubuh kecil ini dapat sejenak mendapat waktu dan perhatian yang cukup untuk mengutarakan maksud saya.

Santun. Kesan pertama yang niscaya membawa kemudahan bagi diri kita. Setidaknya itu pengalaman saya.

Pengakuan.
Acknowledgement. Akhir-akhir ini saya sedang membaca kembali seri Chicken Soup for the Soul at Work. Buku lama yang pertama kali diterbitkan pada 1996, namun membacanya kembali tetap terasa menyegarkan. Salah satu bagian dalam bukunya berjudul The Power of Acknowledgement. Kisah-kisah dalam bagian tersebut berisi mengenai hal-hal kecil yang dilakukan di tempat kerja yang membawa dampak positif pada orang lain. Bukan penghargaan berupa materi, namun lebih pada perhatian dan ucapan tulus yang datangnya dari hati. Sebuah pengakuan, yang nyatanya dapat membuat orang merasa lebih berarti.

Saya juga baru merasakan efek dari ucapan “terima kasih”. Tampaknya sederhana dan sepele. Namun saya memperolehnya di tengah kesibukan pekerjaan dan tenggat waktu yang saling susul menyusul. Ucapan itu datangnya dari delegasi negara lain yang baru selesai melakukan kunjungan ke tempat kerja. Datang berupa inbox di email dengan subjectSpecial thanks…”. Email yang menyejukkan. Tidak dapat dipungkiri, menerimanya telah membuat saya merasa spesial. Cukup memberikan amunisi untuk kembali menyemangati diri ini. Saya hanya harus terus mengingatnya, bahwa mungkin ada orang lain yang menanti ucapan tulus “terima kasih” dari saya...

Gambar diambil dari sini.

First published 13/11/2013. Article submitted to join Penulis Tangguh.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar