Salah Paham tentang Personal Branding


"Kekuatan-Personal-Branding"
Ketika akhirnya saya memutuskan mengikuti kelas personal branding Julie Nava, saya tidak terlalu yakin apa yang saya harapkan dari sana. Namun tahun 2014 ini memang tahun yang sudah saya tekadkan untuk mencoba segala sesuatu yang baru. Kejenuhan dari rutinitas pekerjaan mendorong saya untuk bergerak mencari sesuatu agar tidak terseret dalam keluhan demi keluhan yang tidak akan membawa saya kemana-mana.
Di era teknologi dan akses informasi tanpa batas ini ternyata membawa manfaat tersendiri. Saya yang semula cenderung apatis, mulai melirik hal-hal positif yang dapat diperoleh melalui facebook. Facebook juga yang membawa saya pada grup Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), selanjutnya SekolahPerempuan, dan akhirnya kelas khusus Personal Branding
 
Kelas personal branding dilakukan secara online dalam grup rahasia facebook. Apa yang saya temukan kemudian, di luar ekspektasi saya semula. Awalnya saya mengira kelas itu hanya untuk orang-orang yang terjun di bidang bisnis dan perlu melakukan marketing tidak saja mengenai bisnisnya, namun juga marketing dirinya sendiri. Saya yang tidak (atau belum?) memiliki naluri bisnis tidak dapat membayangkan melakukan promosi tidak saja atas suatu produk, ini ibarat promosi tentang diri sendiri! Sudah saya bilang kalau saya introvert? Sejati. 

Ternyata terlalu picik mengira ilmu personal branding ini melulu tentang marketing, promosi, jualan. It’s truly about discovering yourself. Bagi yang masih clueless, tidak punya tujuan spesifik dalam hidup seperti saya, ilmu ini membantu menentukan tujuan dalam hidup dan menuntun kita menentukan strategi yang tepat untuk mencapainya. What IS, that we want to do with our LIFE? Bahkan salah satu pertanyaan begitu menohok. Bila kita mati, ingin seperti apa kita diingat oleh orang-orang yang kita tinggalkan?

Dalam prosesnya, personal branding membantu kita menggali potensi diri. Salah satu caranya dengan membandingkan antara persepsi kita terhadap diri sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita. Proses ini bukan ditujukan untuk mengikuti saja apa pendapat orang lain. Namun justru mengajak kita berpikir dan melakukan instropeksi pada diri sendiri. Dari persepsi orang lain, baru kita menyadari potensi diri sebenarnya. Namun bisa jadi kebalikannya. Bila memang yakin hal itu yang menjadi keunggulan kita, maka ketika orang lain tidak berpendapat yang sama, bisa jadi karena kita belum all out memperlihatkannya. Bingung? Tenang saja, ada sesi konsultasi pribadi di kelas ini. Kita akan dibimbing selangkah demi selangkah dari mulai menemukan potensi diri, menetapkan tujuan, dan menyusun strategi serta langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Di akhir sesi konsultasi saya lega tidak harus bertransformasi menjadi seseorang yang bukan saya. The control is in my hand. Sebenarnya saya pun masih belum dapat menentukan tujuan nyata, apalagi langkah-langkah yang mengarahkan saya pada tujuan tersebut. Namun ilmu personal branding membekali diri saya sesuatu yang nyata, yaitu memahami potensi diri. 

Tentu saja langkah selanjutnya berada di tangan saya. Akan saya apakan pengetahuan ini. Sayang sekali bila saya biarkan investasi dan pengetahuan ini terbuang percuma. Namun saya memutuskan untuk take it slowly one at a time. Selagi belum menentukan tujuan yang nyata, menjadi pekerjaan rumah bagi saya untuk terus mengasah potensi tersebut. Mengaktifkan seluruh panca indera, membuka diri pada segala peluang, perlahan cahaya di ujung jalan itu bersinar makin terang. 

Dalam proses pencarian ini pun saya banyak belajar, dan bersyukur. Betapa beberapa kali saya dikejutkan dengan kebetulan-kebetulan yang saya temukan sepanjang perjalanan. Seakan-akan seluruh upaya yang dilakukan mengerucut dan membawa saya pada satu jalan. Jalan yang bisa jadi di sana lah saya akan menambatkan hati saya. Jalan yang bisa jadi di sana lah hidup saya yang sebenarnya. So, ready to enjoy the ride with personal branding?    
First published 15/11/2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar